Di tengah kesederhanaan bangunan bambu yang berdiri di Desa Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur, “Sekolah Ceria” kini menjadi simbol baru dari ketangguhan masyarakat pasca-erupsi Gunung Lewotobi. Sekolah darurat ini tidak hanya hadir sebagai ruang belajar, tetapi juga ruang pemulihan bagi anak-anak yang sempat kehilangan rutinitas dan rasa aman akibat bencana.
Sebelumnya, ratusan siswa harus berhenti belajar ketika status gunung meningkat dan warga mengungsi selama berbulan-bulan. Namun, kini tawa, coretan pensil, dan suara guru perlahan kembali terdengar. Sekolah Ceria menjadi titik balik penting—tempat di mana pendidikan kembali bergerak meski dalam keterbatasan.

Belajar dalam Kesederhanaan, Bangkit dengan Keyakinan
Bangunan sekolah yang terbuat dari bambu dan atap seng ini mungkin jauh dari standar ideal. Namun di balik itu, terdapat komitmen besar para guru dan orang tua untuk memastikan bahwa pendidikan tidak boleh berhenti.
Pada pagi hari, anak-anak datang mengenakan seragam merah putih dengan wajah penuh semangat. Keterbatasan fasilitas tidak mengurangi keinginan mereka untuk kembali belajar. Mereka menulis di meja kayu sederhana, mendengarkan guru, dan bermain bersama di sela-sela pelajaran.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pemulihan psikologis anak-anak justru banyak dibantu oleh kembalinya rutinitas belajar. Ruang kelas sederhana itu menjadi tempat di mana mereka merasa stabil, aman, dan dihargai.
Peran Guru dan Warga: Gotong Royong yang Tak Pernah Padam
Sekolah Ceria tidak akan berdiri tanpa gotong royong warga Desa Konga. Para orang tua, tokoh masyarakat, dan relawan bergerak bersama membangun kelas-kelas darurat demi memastikan anak-anak memiliki ruang belajar yang layak.
Para guru pun berperan besar dalam menjaga semangat siswa. Dengan kondisi serba terbatas, mereka tetap hadir setiap hari, mengajar dengan metode kreatif agar anak-anak tidak merasa terbebani. Pengabdian mereka menjadi salah satu fondasi kuat dalam upaya pemulihan pendidikan di wilayah terdampak erupsi.
Harapan untuk Pemerintah: Pemulihan Jangka Panjang
Meski Sekolah Ceria menjadi jawaban cepat pada masa pemulihan, warga berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah untuk pembangunan ruang kelas permanen ke depan.
Anak-anak membutuhkan ruang belajar yang aman dan kokoh. Guru membutuhkan fasilitas yang mendukung. Dan Desa Konga membutuhkan jaminan bahwa pendidikan tidak hanya pulih sementara, tetapi benar-benar bangkit kembali.
Sekolah Ceria telah membuka pintu harapan. Kini yang dibutuhkan adalah keberlanjutan dan dukungan agar harapan itu tumbuh semakin kuat.
Menatap Masa Depan dengan Senyum Anak-Anak
Ketika bencana menghentikan banyak hal, anak-anak Desa Konga membuktikan bahwa semangat belajar tidak bisa dipadamkan. Sekolah Ceria menjadi ruang pemulihan, tempat mereka kembali menemukan ritme hidup setelah masa sulit, sekaligus ruang harapan baru untuk masa depan.
Di bangunan bambu yang sederhana itu, masa depan Flores Timur sedang disusun kembali, lembar demi lembar, mimpi demi mimpi.





