Warta Unimof- (10/06/2024) – Universitas Muhammadiyah Maumere (UNIMOF) menjadi sorotan publik setelah viral dengan kebijakan unik yang membuat banyak orang terkesima. Dalam menghadapi permasalahan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang semakin tinggi di kampus negeri, kampus Unimof memutuskan untuk memberikan opsi pembayaran yang tidak biasa kepada mahasiswanya.
Dalam sebuah langkah revolusioner, Unimof memperbolehkan mahasiswa membayar UKT mereka dengan hasil bumi yang mereka hasilkan. Kebijakan ini menjadi viral di media sosial dan menjadi perbincangan hangat di seluruh negeri.
Diketahui, kebijakan ini diambil oleh pihak universitas sejak 2018 lalu sejak IKIP Muhammadiyah Maumere (nama sebelum Universitas Muhammadiyah Maumere) berdiri. Kebijakan ini diambil sebagai langkah untuk meringankan beban finansial bagi mahasiswa, terutama mereka yang berasal dari keluarga petani dan nelayan berpenghasilan menengah kebawah. Dengan demikian, mereka dapat tetap fokus pada pendidikan anaknya tanpa harus terbebani oleh biaya yang semakin meningkat.
Dikutip dari kumparaNew.com (24/5), kebijakan membayar dengan hasil bumi berawal dari kisah seorang mahasiswi yang tidak sanggup membayar biaya semester yang dicicil secara tiga tahap, saat penentuan rencana studi, ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Mahasiswi ini memiliki tunggakan semester sebesar kurang lebih Rp 1 juta.
“Ceritanya ada mahasiswi kami itu dari kampung, kebetulan dia belum bisa selesaikan pembayaran untuk ikut UAS. Waktu itu itu saya masih wakil rektor 1. Dia datang, sampaikan ada kendala, karena waktu itu tunggakan Rp 1 juta lebih bertahap diangsur 3 kali, urus KRS tahap kedua UTS tahap ketiga saat UAS,” ujar Erwin
Mahasiswi ini, kata Erwin, berkeluh kesah menyampaikan tidak bisa membayar uang semesteran kuliah karena hasil bumi di kampungnya seperti pisang dan kelapa, sudah panen tapi belum ada yang beli. Kampus pada saat itu, kata Erwin, lalu merekomendasikan mahasiswi ini untuk membawa hasil bumi dari kampungnya itu ke kampus.
“Nah yaudah bawa saja ke sini. Dia bawa ke kampus. Yang saya apresiasi itu nggak malu bawa ke kampus ya waktu itu,” ujar Erwin.
Di kampus, pihak dosen dan juga rektor membantu memasarkan hasil bumi itu untuk dijual. “jadi kita bantu masarkan jaringan dosen dan sebagainya. Ada yang punya kenalan keluarganya usaha nah kita jualkan pisang dan kelapa. Itu hanya membantu ya ada alternatif pembayaran,” kata Erwin.
Dari situ kampus Unimof kemudian membuat kebijakan membolehkan mahasiswa membawa hasil buminya untuk dibantu jualkan oleh pihak kampus apabila tidak memiliki uang cash saat bayar semesteran.
Rektor Unimof, Erwin Prasetyo, ST. M. Pd menambahkan dalam berbagai kesempatan menyatakan, “Kami sadar akan tantangan finansial yang dihadapi oleh sebagian mahasiswa kami. Oleh karena itu, kami mengambil langkah-langkah kreatif untuk membantu mereka yang orang tua nya mayoritas petani dan nelayan agar tetap melanjutkan pendidikan mereka tanpa hambatan finansial yang berlebihan.”
Keputusan ini mendapat respons positif dari berbagai kalangan, termasuk dari pihak-pihak yang prihatin akan kenaikan biaya pendidikan yang tak terkendali. Banyak yang berharap bahwa langkah inovatif ini akan menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan lainnya untuk menemukan solusi kreatif dalam mengatasi masalah serupa.
Dengan langkah ini, Unimof tidak hanya menjadi pusat pendidikan yang unggul, tetapi juga menjadi contoh dalam memberikan akses pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi semua kalangan masyarakat.
Silakan Kunjungi Kami di: https://unimof.ac.id/